Barang Pemberian Brand Yang Nggak Terpakai: Kemana Perginya?

August 14, 2019


Salah satu perks menjadi beauty blogger/beauty reviewer adalah adanya kemungkinan untuk mendapatkan produk kecantikan secara cuma-cuma. Cuma-cuma di sini dalam tanda petik ya, karena apapun yang suatu brand lakukan itu pasti ada strategi marketing di belakangnya. Orang awam atau blogger/reviewer yang baru mulai menjajaki 'pekerjaan' ini pasti selalu berdecak kagum sama orang-orang yang bisa secara konsisten dikirimin produk sama brand-brand tertentu. "Wah asik ya, dapat barang gratis," atau "Enak banget dibayar buat nulis review," dan lain-lain. Tentunya pemikiran kayak gitu pasti pernah terlintas di benak kita.

Tapi kalian mikir nggak sih, kalau misal ada produk yang dikirimin dari brand itu nggak cocok sama blogger/reviewer, barangnya akan dikemanakan?

Sempat ada pembicaraan di Instagram (terutama timelineku) beberapa waktu lalu tentang omongan beberapa orang yang secara tiba-tiba menjual barang-barang pemberian brand yang sudah mereka review. Beberapa ada yang fine-fine aja, sebagian lagi ada yang merasa kalau tindakan tersebut dirasa kurang etis. Sempat ada obrolan antara aku dan beberapa teman lewat DM Instagram, dan di postingan kali ini aku mau mencoba menulis opiniku dalam hal ini. Supaya teman-teman yang misalkan bingung menghadapi hal yang sama, seenggaknya aku bisa ngasih pointer apa yang bisa kita lakukan.

Brand = teman

Aku pribadi memperlakukan brand sebagai teman, bahkan sahabat, kalau memang hubungannya terjalin lebih dari sekedar kirim-kiriman barang dan barter review/publikasi. Dan selayaknya teman kalau ngasih hadiah ke aku, hadiah itu pasti akan aku pakai atau seenggaknya aku keep sampai selama yang aku bisa. Dalam hal ini, tentunya ada kemungkinan kulitku nggak cocok sama produknya, itu sangat mungkin. Dan kalau ini terjadi, setelah aku selesai nulis review, aku nggak akan buang barangnya begitu aja. Udah banyak kejadian aku nggak cocok sama beberapa produk, ujung-ujungnya aku kasih cuma-cuma ke temanku. Kenapa cuma-cuma? Kenapa nggak dijual? Balik lagi ke analogiku memperlakukan brand sebagai teman, rasanya nggak enak kalau aku menjual barang pemberian teman.

Alasan dan tujuan yang jelas

Beberapa waktu lalu ada postingan salah satu beauty blogger juga yang bikin aku jadi berpikir lagi soal pembicaraan ini. Kebanyakan orang yang jual barang-barang hasil pemberian brand (PR/gift) itu selain karena nggak cocok, adalah karena mereka merasa overwhelmed sama banyaknya produk yang mereka punya dan merasa nggak bisa menghabiskan semua produk itu sendiri. Aku pun suka merasa seperti ini, jadi aku bisa paham gimana rasanya, karena daripada produknya keburu expired atau masa PAO-nya habis, mendingan dikasih ke orang lain aja, jadi lebih berguna.

Tapiii, lagi-lagi aku pribadi nggak akan menjual produk-produk tersebut. Kalau produknya aku beli dengan uang sendiri, wajar banget dijual lagi walaupun nggak bisa balik modal alias jual rugi. Tapi kalau barangnya pemberian (alias gratis), ada baiknya ya dikasih ke orang lain juga gratis. Ya aku tahu mungkin ada dari kalian yang mengernyitkan dahi baca kalimat barusan. Tapi kalau memang alasannya benar supaya produk yang kalian punya nggak mubazir, bukannya lebih baik nggak pasang harga buat produk yang mau dilepas? Aku sering lihat kejadian, justru karena dikasih pricetag, malah barangnya nggak ada yang beli dan ujung-ujungnya dibuang sama orangnya. Malah tujuan akhir supaya barang tersebut nggak mubazir nggak tercapai deh. Aku biasanya akan kasih barangnya gratis, tapi ongkir aku bebankan ke si pembeli. Jadi kita keluar biaya sepeserpun hehe.

-----

Saranku kalau memang kalian merasa overwhelmed sama jumlah produk yang kalian punya, dibatasin aja sebulan bisa terima berapa produk dari brand. Mungkin berat rasanya harus menolak kerjasama dengan brand, tapi ini akan menghemat waktu dan pikiran kalian juga toh? Kalian bisa fokus nyobain produk yang sekarang kalian punya. Nggak perlu takut brandnya nggak mau kerja sama lagi, karena yang penting prinsip kalian jelas. Tenang aja, what goes around comes around.

Kalau misal kalian punya pendapat yang berbeda sama aku, nggak masalah. Karena banyak yang bilang "Itu kan udah barang milik mereka, ya bebas lah mau mereka jual atau kasih gratis, kok orang lain yang repot". Di sini aku cuma mau ngasih tahu bahwa inilah moral compass-ku, dan seperti yang aku bilang tadi, kalau kalian lagi menghadapi masalah yang sama, mungkin postingan ini bisa jadi sesuatu yang bisa kalian renungkan.

4 comments

  1. This is such a good read, Dyn. I never thought that there's an issue like this. Maybe I'm just so out of the loop. But I do agree with what you said.

    http://sarahrizaga.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. Great post I use all products I review them and I have in mind that what might not be suitable for my skin type it will definitely be amazingly great for others I keep them I use them and I focus on the positive I love reviewing these items however I think your solution for the overwhelming amount of products is amazing giving them away when you have too many is a great way to deal with this problem xoxo Cris
    http://photosbycris.blogspot.com/2019/08/you-are-in-charge.html

    ReplyDelete
  3. Setuju banget, menurut saya ga etis banget dikirimin produk terus dijual lagi hahaha.
    Terutama produk kosmetik.
    Karena pastinya udah dipakai kan ya, mending juga dikasih aja ke temen-temen.
    Saya juga sering kok, ngasih produk goodie bag ke teman-teman :)

    ReplyDelete
  4. Aku setuju, menjual barang pemberian brand atau dulunya sempat bekerja sama itu kurang etis. Lebih baik kasih ke saudara atau teman saja. Atau kalau mau dijadikan giveaway juga bisa, tapi sudah diinformasikan kalau ini sudah/belum dipakai.

    ReplyDelete